BANDAR LAMPUNG – Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandarlampung berkerjasama dengan TNBBS, WWF, WCS, YABI, dan KFW menggelar workshop Jurnalistik Konservasi Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) di Hotel Batiqa, 6-7 April 2019. Ketua Aji Bandarlampung, Padli Ramdan mengatakan, pelatihan ini berguna untuk meningkatkan kompetensi jurnalis dalam peliputan dengan isu lingkungan.
Ismanto (Kepala Bidang Teknis Konservasi TNBBS Taman Nasional Bukit Barisan Selatan) mengenalkan TNBBS kepada 20 jurnalis yang hadir dalam pelatihan ini. Ismanto menjelaskan, Taman Nasional adalah Kawasan Pelestaraian Alam (KPA) yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
TNBBS sejak tahun 2004 telah tercatat sebagai Cluster Tapak Warisan Dunia (Tropical Rainforest Heritage of Sumatra) oleh UNESCO. Hal ini karena TNBBS telah memenuhi 3 Kriteria Penetapan Warisan Dunia (Outstanding Universal Value/OUV). TNBBS Mewakili kelompok hutan terpenting di Sumatera, juga memiliki panorama alam yang sangat indah dan flora serta fauna yang sangat tinggi.
Dalam pelatihan ini peserta juga diberikan pemahaman mengenai biodiversiti oleh Wulan Puspitasari, Senior Species Conservation Specialist- Wildlife Conservation Society (WCS). Wulan menuturkan tujuan konservasi alam adalah untuk manusia sendiri.Selain nilai ekologinya, keanekaragaman memiliki aset sosial, ekonomi bagi negara.
“Indonesia adalah sumber biodiversitas untuk pisang. Jika ada wabah wereng, musnah semua, namun pisang kita tidak akan terkena. Wereng hanya menyerang satu genetika saja,” jelas Wulan. Ia menambahkan keanekaragaman tidak hanya soal genetik, namun ada pula keanekaragaman spesies dan ekosistem.
Berbicara mengenai biodiversitas dan TNBBS berkaitan pula dengan satwa yang dilindungi di dalamnnya. Dalam Visi TNBBS 2015-2024, terdapat tiga jenis satwa dilindungi yaitu harimau, badak dan Gajah Sumatera.
Irfan Nurarifin (Wildlife Monitoring and Habitat Connectivity Officer-WWF) menjelaskan sedikit mengenai keberadaan badak di TNBBS. “Badak merupakan Ecosystem engineers dan facilitator species. Badak memiliki peran penting dalam rantai makanan. Badak merupakan Penyebar biji yang baik di hutan. Badak mampu mempercepat siklus hayati dengan jumlah yang dimakan dan yang di keluarkan dalam bentuk feses juga tinggi,” tutur Irfan.
Pemahaman mengenai biodiversitas, TNBBS, dan Badak Sumatra ini guna bekal bagi 20 jurnalis dalam proses peliputan. Workshop konservasi ini akan berlanjut dengan agenda turun lapang ke TNBBS Tanggamus dan Lampung Barat. (RLS)
Komentar