BANDAR LAMPUNG – Pemerintah Presiden Joko Widodo meminta Provinsi Lampung (Pemprov) mampu menaikkan target produksi 1 juta ton gabah kering giling (GKG) dari 3,32 juta ton pada 2014. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), target itu kini dapat dituntaskan dengan naiknya produksi padi Lampung pada 2016 menjadi 4,35 juta ton dan pada 2019 ini ditargetkan naik menjadi 4,49 juta ton.
Kenaikan produksi itu, tak lepas dari kolaborasi Pemprov dan pusat yang besar-besaran memperbaiki saluran irigasi pada 2016 hingga 2018 yang membuat Lampung menjadi lumbung pangan strategis nasional. Pemerintahan Gubernur-Wakil Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo-Bachtiar Basri, mendapat warisan kondisi irigasi hanya mantap 40% pada 2014.
Kondisi membuat Gubernur Ridho berjibaku melobi pusat dan berjuang bersama DPRD Provinsi menaikkan anggaran pemeliharaan, karena tak mungkin Lampung dapat mendukung swasembada beras jika kondisi irigasi hanya mantap 40%. Rehabilitasi besar-besaran jaringan irigasi primer, sekunder, dan irigasi tersier pada 2016 membuat Provinsi Lampung surplus air pertanian.
Indeks pertanaman (IP) naik dari 1,5 menjadi 1,8. Di beberapa wilayah seperti Palas, Lampung Selatan, bahkan bisa mencapai IP 200 sistem gogo rancah, berkat perbaikan saluran irigasi. Rehabilitasi besar-besaran membuat kondisi jaringan irigasi baik yang menjadi kewenangan pusat dan Lampung naik dari mantap 40% menjadi mantap 80% dan kita targetkan di akhir 2017 menjadi mantap 90%, sebagai angka tertinggi tingkat kemantapan irigasi.
Menurut Inspektur Jenderal (Irjen) Kementerian Pertanian, Justan Riduan Siahaan, kenaikan produksi padi Lampung juga dipengaruhi luas tambah tanam padi. Luas sawah Lampung pada 2015 mencapai 390.327 hektare bertambah menjadi 400.869 hektare (2016) dan 408.371 hektare (2017). Selain karena cetak sawah baru, penambahan luas itu karena perbaikan irigasi.
“Produksi padi Lampung surplus 1,2 juta ton. Pemerintah dan petani Lampung sungguh mengikuti program pemerintah. Oleh karena itu, perlu peningkatan komunikasi untuk meyakinkan petani agar terus meningkatkan produksi. Balai Besar Sumber Daya Air Lampung juga bahu membahu dengan Kementerian Pertanian mengalokasikan air di wilayah irigasi teknis seperti Sekampung Sistem, Tegineneng, dan Way Kanan,” kata Justan Siahaan, Kamis (22/11/2018).
Justan yang juga Penananggungjawab Upaya Khusus (Upsus) Padi Jagung Kedele Lampung itu mengakui, tak hanya produksi padi yang naik. Keberhasilan swasembada jagung merupakan capaian penting mengingat produksi jagung tertinggi Lampung tercapai pada 2008 di angka 2,4 juta ton dari target awal 2 juta ton. “Ini capaian penting Pemerintah Provinsi Lampung dan pemangku kepentingan lain yang solid dalam mewujudkan salah satu Nawa Cita Presiden Joko Widodo yakni kedaulatan pangan,” kata Justan.
Capaian itu, kata Justan, membuat Lampung sebagai provinsi ketujuh penghasil padi nasional dengan kontribusi 5,33%. Sedangkan produksi jagung yang melonjak hingga 2,4 juta ton pada 2017, sekaligus menempatkan Lampung di posisi tiga produsen jagung nasional dengan kontribusi 8,59%. “Luas tambah tanam jagung berkembang sendiri karena kebijakan pemerintah menjaga harga minimum jagung Rp3.150 perkilogram,” kata Justan. (Humas Prov Lampung)
Komentar